Legowo,
demikianlah orang jawa menyebutnya. Sebuah ungkapan untuk menerima
keadaan kekalahan, ketidakmampuan tentang kewajiban yang melekat, serta
menanggung segala konsekuensi yang mungkin muncul. Dalam bahasa
Indonesia, legowo dapat dipersamakan arti dengan lapang dada. Lapang
dada adalah sikap ksatria, dalam menghadapi serta menerima kekalahan.
Sikap ini tumbuh karena nilai-nilai perasaan manusia itu sendiri dalam
menanggapi kegagalan. Wajarlah bila legowo tercermin secara eksplisit
pada kata-kata mutiara “kegagalan adalah kemenangan yang tertunda”,
demikian legowo tumbuh dan diakui. Jika disederahanakan legowo dapat
diartikan sebagai sikap menerima kekalahan dengan berjiwa besar.
Untuk menciptakan sikap legowo kita harus sabar, apabila kita sudah legowo maka akan tercipta keikhlasan.Kita hidup di hidup tak lepas dari masalah dan pasti masalah selalu ada
silih berganti. Namanya juga hidup, masalah sudah menjadi kembang
kehidupan manusia.
Seringkali kita menghadapi hal-hal yang membuat hati menjadi tidak
tenang. Terkadang kita menerima kepahitan hidup yang menyakitkan hati.
Rasa marah, benci, dendam, kecewa pun turut hadir di kehidupan kita.
Semua itu bisa menghampiri kita kapan saja dan meledak seperti bom waktu
ketika kita tidak bisa mengendalikan diri kita. Pengendalian diri
terhadap kondisi emosional pribadi masing-masing sangat penting untuk
kebaikan diri kita.